Tunduk pun Masih Salah
Karya: Hartana Adhi Permana
Menurut saya tema dari
cerpen “Robohnya Surau Kami” yaitu tentang “keseimbangan”. Maksudnya
keseimbangan dalam menjalankan hidup di dunia yang fana ini. Kita di dunia ini
jangan beribadah dan menyembah Tuhan secara terus – menerus tanpa memperhatikan
di sekeliling kita. Masih banyak kewajiban – kewajiban kita di dunia ini selain
beribadah dan menyembah Tuhan, di samping kita harus beramal dan berinfak
kepada orang yang membutuhkan.
Pada suatu waktu, di akhirat Tuhan
Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di
samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu
banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara
orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia di namai Haji Saleh.
Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di
masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan
dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk
neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang
masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat
ketemu nanti’. Bagai tak habis - habisnya orang yang berantri begitu
panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa
dengan segala sifat-Nya.
Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh.
Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan, lalu Tuhan mengajukan pertanyaan.
Tuhan menanyakan tentang apa yang diperbuat oleh Haji Saleh. Haji Salehpun
menjawab yaitu tak ada pekerjaannya selain daripada beribadat menyembah-Nya,
menyebut – nyebut nama-Nya. Bahkan dalam kasih-Nya, ketika Haji Saleh sakit,
nama-Nya menjadi buah bibirnya juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan
hati-Nya untuk menginsafkan umat-Nya. Tapi Tuhan belum cukup dengan yang
diperbuat oleh Haji Saleh di dunia. Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia
telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan
bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut
pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus
dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba
menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air
matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
Haji Salehpun telah menceritakan
semuanya, tetapi Tuhan masih belum puas. Dan akhirnya kesabaran Tuhan ada
habisnya, lalu Tuhan menyuruh Haji Saleh masuk ke nereka, dan malaikat dengan
sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di
bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhan daripadanya dan ia
percaya Tuhan tidak silap.
Alangkah
tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia
terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan
keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang
ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat
belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka,
dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh,
orang-orang itu pun, tak mengerti juga. Dan akhirnya ada usulan dari teman –
temannya untuk demontrasi kepada Tuhan karena tidak terima atas perlakuan
Tuhan. Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan
dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O,
Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang
selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu, mempropagandakan
keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami.Tak
sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah
kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum
terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang
cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga
sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’
Lalu Tuhan bertanya “Di negeri yang
selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu
orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’Kalau ada, kenapa engkau biarkan
dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu
kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih
suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau
negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena
beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku
menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka
pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai,
Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!” Semua
menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa
jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah
yang akan dikerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani
bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka
itu.
‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau
kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh. ‘Tidak. Kesalahan engkau,
karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka,
karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri,
melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir
selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau
di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka
sedikit pun.’
Dalam
cerpen “Robohnya Surau Kami” ini, kita mendapat ilmu tentang keseimbangan kita
dalam menjalankan hidup di dunia ini. Kita tidak cukup dengan beribadah dan
menyebut-nyebut nama-Nya saja, tetapi kita juga jangan melupakan urusan dunia kita.
Salah satunya yaitu memikirkan anak istri, keluarga, sesama saudara muslimin
dan muslimat, dan tentunya anak yatim piatu dan fakir miskin. Jangan sampai
kita menyia-nyiakan negara kita Indonesia yang subur makmur loh jinawi, dengan
berbagai kekayaannya yang melimpah. Jangan sampai negara kita itu diperbudak
oleh negara lain. Dan itu tugas kita sebagai warga negaranya yang mempunyai
rasa memiliki akan negara yang kaya ini. Banyak beberapa ayat Al-Qur’an dan
hadist yang menyebutkan bahwa kita wajib menyembah dan beribadah kepada Allah
SWT, tetapi kita jangan membuang waktu kita seharian hanya untuk menyembah
Allah SWT tanpa memperhatikan sekeliling kita. Kita mempunyai orang tua dan
keluarga yang harus diperhatikan, kita mempunyai negara yang sangat kaya ini
untuk dikelola oleh kita jangan sampai kita diperbudak oleh negara lain, kita
juga harus selalu menyantuni fakir miskin dan beramal kepada sesama yang
membutuhkan. Karena masuk surga itu tidak hanya cukup beribadah dan menyembah
nama-Nya saja. Sebagai contoh dalam cerpen tadi,, walaupun orang itu selalu
menyembah nama-Nya, menghafal Al-Qur’an di luar kepala, berangkat ke Mekah
sudah empat belas kali dan bergelar syekh pula tidak menjamin masuk surga
dengan mudah. Kita harus membuang rasa egoistis kita yang ingin masuk surga
sendirian tanpa memikirkan orang lain. Salah satu contoh konkretnya yaitu kita
mengajak orang lain untuk beriman kepada Allah SWT, kalau kita mendapatkan ilmu
dari orang lain ataupun sendiri kita harus mengamalkannya kepada orang lain.
Dan
dari cerita banyolan dari Ajo Sidi sebenarnya jangan diambil hati oleh kakek,
karena itu hanya banyolan yang tidak penting mungkin percis sama yang dialami
oleh kakek yang sehari-hari hanya menyembah dan beribadah kepada Allah SWT
tanpa memikirkan orang disekitarnya, kakek hanya menghabiskan waktu di surau
tuanya itu. Kakek seharusnya jangan mempercayai banyolan tersebut yang membuat
kakek bunuh diri dengan menggorok lehernya dengan pisau cukur, karena bunuh
diri itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang frustasi dan tidak mempunyai
iman semata. Dan kakek sebenarnya harus introfeksi diri bahwa dirinya harus
lebih memikirkan orang disekililingnya.
Dan
banyolan yang diceritakan oleh Ajo Sidi kepada kakek sebenarnya tidak tepat
karena itu sangat menyinggung perasaan orang lain. Cerita Ajo Sidi adalah biang
keladi dengan bunuh dirinya kakek karena mungkin merasa sangat tersakiti dengan
cerita Ajo Sidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar