Cinta Terpisah oleh Tembok yang Kokoh
Oleh: Hartana Adhi Permana
Oleh: Hartana Adhi Permana
Sebuah
karya sastra yang banyak memberi motivasi dengan judul "Di bawah Lindungan Ka'bah", sebuah karya
sastra yang ditulis oleh hamka,yang diterbitkan oleh PT. Bulan Bintang. Dicetak pada tanggal 28 Juli
2004, secara isi mempunyai
ketebalan 80 halaman.
Keunggulan yang dimiliki karya sastra ini, dilihat dari
keunikan bahasanya yang penuh warna dan alurnya membawa pembaca merasakan apa yang
dirasakan oleh Hamid dan Zainab. Pastinya isi dari karya sastra ini sangat
menarik, menceritakan tentang romantisme dan kesabaran yang luar biasa yang
tanpa disadari akan menguras air mata kita saat membacanya. Beberapa hikmah
yang bisa diambil dari karya sastra ini, misalnya, tentang kesabaran yang
begitu besar, sifat qana’ah, patuh pada orang tua, dan tawakkal kepada Allah
Swt. dan masih begitu banyak ilmu yang terkandung di dalamnya.
Satu-satunya kelemahan yang saya
temukan didalam karya ini hanyalah dari segi bahasanya yang berbelit-belit,
karna tidak semua pembaca mengerti dengan bahasa yang dicampur adukkan antara
bahasa minang-indonesia dan bahasa melayu.
Awal
cerita dimulai dari keberangkatan “Aku” ke Mekah guna memenuhi rukun Islam yang
ke-5 yaitu menunaikan ibadah haji. Alangkah besar hati “Aku” ketika melihat
Ka’bah dan Menara Masjidil Haram yang tujuh itu, yang mana sudah menjadi
kenang-kenanganku. “Aku” menginap di rumah seorang syekh yang pekerjaan dan
pencaariannya semata-mata memberi tumpangan bagi orang haji. Di sinilah “Aku”
bertemu dan mendapat seorang sahabat yangmulia dan patut dicontoh yang bernama
Hamid. Hidupnya amat sederhana,tiada lalai dari beribadat,tiada suka
membuang-buang waktu kepada yang tiada berfaedah, lagi amat suka memperhatikan
kehidupan orang-orang yang suci, ahli tasawuf yang tinggi. Bila “Aku” terlanjur
membicarakan dunia dan hal ihwalnya, dengan amat halus dan tiada terasa
pembicaraan itu telah dibelokkannya kepada kehalusan budi pekerti dan
ketinggian kesopanan agama.
Baru
dua bulan saja, pergaulan kami yang baik itu tiba-tiba telah terusik dengan
kedatangan seorang teman baru dari Padang,
yang rupanya mereka adalah teman lama. Ia bernama Saleh, menurut kabar ia
hannya tinggal dua atau tiga hari di Mekah sebelum naik haji, ia akan pergi ke
Madinah dulu dua tiga hari pula sebelum jemaah haji ke Arafah. Setelah itu ia
akan meneruskan perjalanannya ke Mesir guna meneruskan studinya. Namun
kedatangan sahabat baru itu, mengubah keadaan dan sifat-sifat Hamid.
Belakangan
Hamid lebih banyak duduk termenung dan berdiam seorang diri, seakan-akan “Aku”
dianggap tidak ada dan idak diperdulikannya lagi. Karena merasa tidak nyaman,
maka “Aku” memberanikan diri mendekati dan bertanya kepadanya, kabar apakah
gerangan yang dibawa sahabat baru itu sehingga membuatnya murung. Ia termenung
kira-kira dua tiga menit,setelah itu ia memandangku dan berkata bahwa itu
sebuah rahasia. Namun setelah dibujuk agak lama, barulah ia mau berbagi
kedukaannya kepadaku. Dan ternyata rahasia yang ia katakan ialah tentang masa
lalu dan kisah cintanya dimasa itu. Saleh mengabarkan kalau dia sudah menikah
dengan Rosna yang kebetulan teman sekolahnya dan sahabat Zainab juga.
Suatu
ketika Rosna bertandang ke rumah Zainab, yang mana Zainab itu adalah orang yang
Hamid kasihi selama ini, namun ia tiada berani untuk memberitahukan perasaannya
itu kepada Zainab,mengingat jasa-jasa orang tua Zainab kepada Hamid dan ibunya
selama ini. Apalagi saat itu ibunya Zainab pernah meminta Hamid untuk membujuk
Zainab supaya mau dinikahkan dengan kemenakan ayahnya. Padahal waktu itu Hamid
berniat unuk memberi tahukan tentang perasaannya yang selama itu dia simpan
kepada Zainab,namun niatnya itu diurungkannya.
Betapa
terkejutnya Hamid ketika ia dimintai tolong untuk membujuk Zainab supaya mau
dinikahkan dengan orang yang sama sekali belum ia kenal. Hamid gagal membujuk
Zainab, karena Zainab menolak untuk dinikahkan. Hamid pulang dengan perasaan
yang kacau balau, sejak saat itu Hanid memutuskan untuk merantau, sebelum pergi
ia menulis surat
untuk Zainab. Setelah itu mereka tiada berhubungan lagi, dan sampai sekarang
pun ia masih menyimpan perasaanya itu. Dan kedatangan Saleh kemarin
memberitahukan bahwa ternyata Zainab pun menyimpan perasaan yang sama, perasaan
yang selama ini disimpan oleh Hamid. Saleh memberitahukan bahwa kesehatan
Zainab memburuk dan ia ingin sekali tahu bagaimana kabar Hamid.
Setelah
Zainab mendengar keberadaan Hamid di Mekah, Ia pun mengirim surat
kepada Hamid sebagai balasan surat
Hamid yang dulu. Seminggu setelah itu, Zainab pun menghembuskan nafasnya. Hamid
tidak mengetahui kematian Zainab karena pada saat itu iapun sedang sakit,
sehingga temannya tidak tega untuk memberitahukan kabar tersebut. Ketika Hamid
sedang melaksanakan tawaf dan mencium hajar aswad ia berdoa dan menghembuskan
nafas terakhirnya.
KUTIPAN
- Salinan surat Zainab
Abangku hamid!
Baru
sekarang adinda beroleh berita di mana Abang sekrang. Telah hampir dua tahun
hilang saja dari mata,laksana seekor burung yang terlepas dsri sangkarnya
sepeniggal yang empunya pergi. Kadang-kadang adinda sesali diri sendir, agaknya
adinda telah bersalh besar, sehingga Kakanda pergi dengan tak memberi tahu
lebjh dahulu.
Sayang sekali,
pertanyaan Abang belumdapat adinda jawab dan Abang telah hilang sebelum mulutku
sanggup nenyusunperkataan pnjawabnya. Kemudian itu Abang perintahkan adinda
menurut perintah orang tua, tetapi adinda syak wasangsa melihat sikap Abang
yang gugup ketika menjatuhkan perintah itu.
Wahai Abang …pertalian
kita diikatkan oleh beberapa macam tanda tanya dan teka-teki, sebelum terjawab
semuanya, kakanda pun pergi!
Adinda senantias tiada
putus pengharaan, adinda tunggu kabar berita. Di balik tiap-tiap kalimat dari
suratmu, Abang! … surat yang terkirim dari Medan, ketika Abang akan berlayar
jauh, telah adinda periksa dan dinda selidiki; banyak sangat surat itu berisi
bayangan, di balik yang tersurat ada yang tersirat. Adinda hendak membalas,
tetapi ke tanah manakah surat itu hendak dinda kirimkan, Abang hilang tak tentu
rimbanya!
Hanya pada bulan
purnama di malam hari dinda bisikkan dan pesankan kerinduan adinda hendak
bertemu. Tetapi bulan itu tak tetap datang; pada malam yang berikutnya dan
seterusnya ia kian surut …
Hanya
kepada angin petang yang berhembus di ranting-ranting kayu didekat rumahku,
hanya kepadanya aku bisikkan menyuruh supaya ditolongnya memeliharakan Abangku
yang berjalan jauh, entah di darat enah di laut, entah sengsara kehausan …
Hanya kepada surat
Abang itu, surat yang hanya sekali itu dinda terima selam hidup, adinda
tumpahkan air mata,karena hanya menumahkan air mata itulah kepandaian yang
paling penghabisan bagi orang perempuan. Tetapi surat itu bisu, meskipun ia
telah lapuk dalam lipatan dantelah layu karena kerap dibaca, rahasia itu idak
juga dapt dibukanya.
Sekarang Abang, badan
adinda sakit-sakit, ajal entah berlaku pagi hari, entah besok sore, gerak Allah
siapa tahu. Besarlah pengharapan bertemu …
Dan jika Abang
terlambat pulang, agaknya bekas tanah penggalian,bekas air penalakin dan jejak
mejan yang dua, hanyayang akan Abang dapati.
Adikmu yang tulus,
Zainab
- Do’a Hamid ketika tawaf:
“Ya Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasihdan Penyayang! Bahwasanya,
di bawah lindungan Ka’bah, Rumah Engkau yang suci dan terpilih ini,
sayamenadahkan tangan memohon karunia.
Kepada siapakah saya akan pergi memohon ampun, kalau bukan kepada
Engkau, ya Tuhan!
Tidak
ada seutas tali pun tmpat saya bergantung lain dripada tali Engkau; tidak ada
satu pintu yang akan saa ketuk, lain daripada pintu Engkau.
Berilah kelapangan jalan buat saya, hendak pulang khadirat Engkau,
saya hendak menuruti orang-orang yang bertali hidupnya denganhidaup saya.
“Ya
Rabbi, Engkaulah Yang Mahakuasa, kepada Engkaulah kami sekalianakan kembali …”
Setelah itu suaranya tiada kedengaran lagi; di mukanya terbayang,
suatu cahaya yang jernih dan damai, cahaya keridaan illahi. Di bawah bibirnya
terbayang suatu senyuman dan sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia
yang mahaberat ini, dengan keizinan Tuhannya. Di bawah lindungan Ka’bah
Buya Hamka tidak hanya seorang ulama besar tetapi juga seorang
sastrawan angkatan Pujangga Baru. Sejak
SD saya pengagum dan pengemar
novel karya Hamka. Ada
beberapa karya Hamka yang sudah pernah saya baca yaitu Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Bawah Lindungan
Ka’bah.
Hamka
juga menunjukkan betapa kuatnya adat Sumatra Barat terhadap hukum Islam dan itu
sudah terpatri dalam setiap insan yang hidup di jaman itu. Pacaran model tahun
itu bener-bener tidak masuk akal kalau dilakukan di jaman sekarang. Pacaran kok
tidak bisa saling melihat dan hanya bisa mendengar suara dari pacarnya saja,
tentu tidak asyik kalau dilakukan jaman sekarang.
Novel
Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka ini betemakan percintaan, seperti
kebanyakan novel populer lainnya. Pesan yang ingin disampaikan penulis dalam
novel ini yaitu segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia
boleh berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, namun Allah jugalah
yang menentukan semua itu.
Yang paling membuatku gemas adalah bahwa mereka tidak
bisa bersatu karena mereka tidak berusaha bersatu! Inilah yang namanya kalah
sebelum berperang. Belum juga menyatakan cinta, sudah mundur teratur. Memang
sih, ada urusan ibu Zainab dan penjodohan itu. Memang sih, zaman dulu mungkin
tidak biasa mengungkapkan rasa cinta begitu saja, apalagi dengan perbedaan
status sosial begitu. Tapi tetap aja.
Sikap ibu Hamid yang menasihati anaknya agar mengubur
rasa cintanya pada Zainab, mengingatkanku pada tokoh ibu dalam film Little
Miss Sunshine. Dengan mengetahui kesulitan yang akan dihadapi anaknya jika
melakukan sesuatu (dalam buku ini, mencintai gadis yang lebih tinggi derajatnya;
dalam filmnya, tampil di panggung dan bersaing dengan anak lain yang lebih
cantik-cantik), tetapi dengan mengetahui juga betapa dalam perasaan si anak
soal hal tersebut, apakah seorang ibu sebaiknya mencegah anaknya melakukan itu
demi melindunginya, ataukah membiarkan si anak mengambil risiko dan membuka
peluang bahwa ia akan bahagia karena pilihan itu?
Dan konflik perbedaan derajat itu, kenapa sih perbedaan
seperti itu selalu dipermasalahkan? Mestinya tidak masalah kan, asal mereka saling mencintai, dan
keluarga mereka baik-baik saja. Tapi ya dalam dunia nyata, kayaknya memang
banyak ya pernikahan bermasalah gara-gara hal yang satu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar