Minggu, 18 Desember 2011

Analisis Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari


Sebuah Pilihan Hidup
 Karya: Hartana Adhi Permana


Novel dengan tema budaya yang berseting perjuangan hidup seorang perempuan berhasil digarap oleh Ahmad Tohari, yakni novel yang berjudul “ Ronggeng Dukuh Paruk”. Novel ini berlatarbelakang tentang sebuah kebudayaan di daerah tertentu. Bagaimana pengaruh kebudayaan itu bagi masyarakat. Novel ini menjadi sebuah refleksi bagi kehidupan bermasyarakat. Dapat dipergunakan sebagai literatur dengan pesan-pesan yang ada di dalamnya. Pesan yang berusaha digarap oleh pengarang. Novel yang bertema kebudayaan dan merupakan satu dari trilogi yang ditulis oleh Ahmat Tohari. Novel ini mengambil cerita tentang seorang ronggeng dengan kehidupannya dan bagaimana dia di dalam masyarakat. Perjuangan seorang perempuan di dalam meniti pilihan hidupnya.

Srintil adalah seorang penduduk di dukuh Paruk. Konon di dukuh itulalah dulu Ki Secamanggala bermukim, leluhur dari warga dukuh Paruk. Srintil adalah gadis kecil yang dipercaya oleh kakeknya kelak akan menjadi inang ronggeng. Akhirnya Srintil belajar menjadi calon ronggeng pada Kartareja. Kartareja adalah dukun ronggeng. Ayah dan ibu Srintil telah meninggal. Ayahnya, Santayib adalah penjual tempe bongkrek. Mereka berdua meninggal karena keracunan tempe bongkrek. Semenjak itu Srintil tinggal bersama kakek dan neneknya. Srintil berasal dari keluarga yang tidak punya dan tidak berada. Seorang gadis yatim piatu yang semenjak bayi kehilangan ayah dan ibunya. Ibunya dan beberapa warga dukun Paruk meninggal karena racun yang ada pada tempe bongkrek. Selanjutnya dia dirawat oleh nenek dan kakeknya. Srintil disetir kakeknya agar mau menjadi seorang ronggeng. Terhimpit oleh kemiskinan, menjadi seorang ronggeng berarti menjanjikan sebuah kemapanan. Itu satu diantara alasan mengapa Srintil mau menjadi Ronggeng.

Saat itu memang keadaan masyarakat Paruk tengah miskin- miskinnya. Susah makan dan serba kekurangan. Sangat memprihatinkan. Banyak gadis- gadis Paruk yang hendak menjadi ronggeng. Mereka menginginkan perubahan nasib. Mereka ingin terbebas dari jeratan kemiskinan.

Srintil yang menjadi penari ronggeng, Srintil seperti sebuah titisan roh moyang yang akan meneruskan tradisi Ronggeng di Dukuh Paruk. Menjadi seorang ronggeng juga, Srintil harus rela dan siap melayani setiap lelaki yang membayarnya untuk tidur bersama. Layaknya pelacur yang digambarkan terhormat dan di puja-puja. Sedangkan Rasus sendiri lelaki yang menghormati wanita. Dia membayangkan Srintil adalah sosok perempuan yang seperti ibunya yang selama ini belum pernah dilihat.

Pergolakan batin seorang Rasus yang menjadi tokoh utama juga dalam cerita ini, yang bercerita sebagai ‘Aku’. Menghidupkan dan membuat kita menjadi tahu seperti apa sebenarnya adat tradisi untuk menjadi ronggeng sejati. Tentang pencariannya dengan sosok emak yang dia ejawantahkan ke Srintil yang diam-diam dia cintai, namun tidak berdaya untuk menentang adat ronggeng, bahwa Srintil milik semua orang bukan untuknya. Dia memilih pergi dari dukuh Paruk untuk menghilangkan pikiran tentang Srintil yang dia gambarkan menjadi ibunya. Sesosok wanita cantik yang selama ini dia impikan.

Novel ini sebenarnya lebih banyak bercerita tentang Rasus, bukan Srintil sebagai Ronggeng. Tapi dari Rasus kita tahu hidup kedua tokoh tersebut. Tokoh Rasus, lelaki muda yang tegas. Menggunakan logika saat melakukan sesuatu, tidak tergoda saat Srintil mengajaknya berbuat dosa di tanah perkuburan. Tidak tergoda juga saat Srintil memintanya untuk dijadikan istri. Dia teguh dalam pikirannya menjadikan Srintil wanita yang terhormat dalam hatinya.

Kita bisa merasakan perasaan Rasus yang tidak rela melihat pujaan hatinya di miliki oleh banyak orang sebagai ronggeng, disentuh oleh banyak lelaki dengan bayaran. Walaupun itu lumrah untuk seorang ronggeng. Rasus tidak ingin sosok emak yang sudah dia tanamkan pada diri Srintil menjadi pudar oleh profesi ronggeng.

Sesuatu hal yang tidak mudah untuk menjadi seorang ronggeng. Butuh perjuangan dan ketegaran dari seorang Srintil. Srintil harus melewati banyak hal sebelum menjadi seorang ronggeng, Srintil haarus menjalani sekian macam rittual sebelum kemudian dia berhak menarik bayaran dari aksi pentasnya. Sebelum menjalani ritual., Srintil belum sah diwisuda menjadi seorang ronggeng. Srintil sudah bulat tekadnya, apa yang dianjurkan dan disaratkan sebelum wisuda ditelateninya dengan seksama. Memang begitu aturannya, ketika seorang gadis yang ingin menjadi ronggeng dukuh Paruk, dia harus melewati serangkaian ritual adat yang telah menjadi tradisi masyarakat Dukuh Paruk.

Salah satu alasan seseorang memutuskan diri menjadi seorang ronggeng adalah karena tuntutan dan himpitan faktor ekonomi. Karena keadaan ekonomi yang serba sulit, seseorang memilih menjadi seorang ronggeng. Kehidupan seorang ronggeng memang meyakinkan dan menjanjikan kemapanan. 

Entah sampai kapan pemukiman sempit dan terpencil itu bernama Dukuh Paruk. Kemelaratannya, keterbelakangannya, penghuninya yang kurus dan sakit, serta sumpah serapah cabul menjadi bagiannya yang sah. Keramat Ki Secamenggala pada puncak bukit kecil di tengah Dukuh Paruk seakan menjadi pengawal abadi atas segala kekurangan di sana. Dukuh Paruk yang dikelilingi amparan sawah terbatas kaki langit, tak seorang pun penduduknya memiliki lumbung padi meski yang paling kecil sekalipun. Dukuh Paruk yang karena kebodohannya tak pernah menolak nasib yang diberikan alam. Perhatikan kutipan berikut: 

“Lihat. Baru beberapa bulan menjadi ronggeng sudah ada gelang emas di tangan Srintil. Bandul kalungnya sebuah ringgit emas pula,” kata seorang perempuan penjual sirih. (Ronggeng Dukuh Paruk, hlm.81).

Dari kutipan di atas jelas bagaimana perubahan dalam hidup Srintil. Dia yang memperoleh kemapanan setelah sah menjadi seorang ronggeng. Hidupnya seratus persen berubah. Dari yang tidak punya apa-apa menjadi kaya raya. Perhatikan kutipan di atas.

        Hal tersebut juga terjadi di dalam kehidupan sehari- hari. Seseorang yang memutuskan menjadi seorang ronggeng karena himpitan faktor ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar