Minggu, 09 Oktober 2011

Analisis Cerpen "Aki" Karya Idrus


Menentang Takdir
 Karya: Hartana Adhi Permana

 Pengarang dalam cerpen ini mengangkat sebuah cerita tentang seorang lelaki bernama Aki yang berumur 29 tahun yang kelihatan sudah berumur 42 tahun karena mengidap penyakit yang cukup parah yang mengakibatkan Aki meramalkan bahwa dia akan meninggal tanggal 16 Agustus tahun depan. Tidak ada orang yang tahu, apakah Aki pernah ingat kepada Tuhan. Sembahyang ia tidak pernah, puasa pun tidak. Tapi ia dari dulu baik hati kepada siapa pun dan banyak orang sangsi, mana yang lebih disukai Tuhan: sembahyang tunggang-balik lima kali sehari dan puasa setiap bulan Ramadhan, tapi berbuat banyak kejahatan atau tidak sembahyang dan puasa, tapi berhati baik yang tiada tandingan seperti Aki itu.

Bahasa yang digunakan pengarang dalam cerpen ini biasa saja (menggunakan bahasa sehari-hari). Dan saya berasumsi bahwa cerita ini sangat tidak baik karena tokoh Aki dalam cerita ini meramalkan kematiannya akan segera datang pada tanggal 16 Agustus. Tokoh Aki ini menentang takdir Tuhan yang sudah digariskan kepada setiap individu-individu makhluk ciptaannya.

Aki meramalkan atas dasar sakitnya yang tidak kunjung sembuh, dan akhirnya Aki menggembar-gemborkan kepada istrinya, teman-teman sekantornya, dan tetangganya. Yang disayangkan sang istripun Sulasmi mempercayai bahwa suami tercintanya akan meninggal satu tahun lagi. Dalam cerita ini diceritakan bahwa tokoh Aki dengan tenang menghadapi kematiaannya karena sudah yakin akan masuk surga.

Alasan cerita ini tidak baik juga merujuk kepada teman-teman sekantor Aki membuat lagu lelucon kepada Aki yang menghina dan murtad terhadap Tuhan. Sebagaimana tertulis dalam cerita ini bagian  empat berikut kutipannya:

Tuhan sudah mati
Sekarang Aki jadi Tuhan
Tapi Aki juga akan mati
Jadi semua tidak kekal
Tuhan tidak, Aki tidak, Aku tidak!

Sajak ini dibuat untuk lelucon kepada Aki yang sangat melenceng dari kaidah agama. Maksud dari kutipan sajak ini adalah bahwa tokoh Aki bisa meramalkan kematiannya, secara otomatis dalam sajak itu mencantumkan bahwa Tuhan diidentikkan sudah mati dan Aki sekarang jadi Tuhan. Dan yang paling aneh semua pegawai kantor malah mengikuti untuk membaca sajak itu secara keras dan terdengar sampai di seluruh ruangan kantor. Tetapi Aki malah tersenyum dan tidak menghiraukan ujaran dari teman sekantornya itu.
Dalam cerita ini juga diceritakan dengan tidak masuk akalnya bahwa tokoh Aki dan sang istri Sulasmi membeli kain kafan untuk pembungkus mayat Aki setelah mati. Dalam cerita ini terjadi transaksi yang sangat lucu, karena istri Aki malah membeli kain pike yang mahal untuk digunakan bahan housecoat, jaket, baju Orang Eropa dan bebe. Sebagaimana tertera dalam cuplikan cerita sebagai berikut:

Di sebuah toko Bombay Sulasmi menanyakan kain pike itu.

Oh, ada Nyonya, kata Bombay itu, lalu berlari ke sebuah lemari dan diambilnya seblok kain pike putih. Dengan kain itu di tangannya ia kembali mendapatkan Sulasmi dan Aki.

Sebelum Sulasmi berkesempatan menanyakan harga kain itu, Bombay itu sudah asyik memuji-muji dagangannya:

Kain itu bagus, Nyonya. Orang Eropa banyak pake. Buat kemeja ya boleh, buat bebe ya indah, buat housecoat ya bagus, buat jaket ya boleh ... Buat kain kafan? tanya Sulasmi tiba-tiba. Bombay yang suka ngobrol itu terhenti, mulutnya ternganga.

Sudah itu tanyanya seperti orang kesakitan: Kain kafan, Nyonya? Buat bungkus orang mati, Nyonya? Ini, Nyonya? Ah, jangan suka canda, Nyonya.

Tidak, betul, kata Sulasmi sungguh-sungguh dan sambil menunjuk kepada Aki: Tuan sedikit hari lagi akan mati. Berapa cukup? Sepuluh meter, jawab Bombay itu per- lahan-lahan, sambil mengamat-amati Aki yang begitu montok badannya itu. Dari geraknya tampak tidak-percayanya, ragu- ragunya dan herannya, semua campur-aduk, tapi di atas segalanya itu berkuasa rasa-takutnya, apalagi karena kelihatan, bahwa Aki dan Sulasmi tenang saja.

Tuan mau mati, Nyonya, katanya perlahan-lahan juga, lalu dipotongnya kain pike itu sepuluh meter, sungguhpun tentang harga belum lagi tawar-menawar.

Berapa? tanya Sulasmi.

"Apa, Nyonya?" tanya Bombay itu.

Harganya, kata Sulasmi. Baru diketahui Bombay itu kesalahannya dan ia tertawa mesem kemalu-maluan, lalu katanya:

Karena sudah kepotong, Nyonya, Nyonya bayar saja harga pokoknya. Delapan puluh rupiah, Nyonya.

Karena percaya kepada omongan Bombay itu, Sulasmi tidak menawar lagi, tapi langsung membayar delapan puluh rupiah. Dan Bombay itu, sungguhpun ia mati ketakutan, masih dapat juga menarik untung yang lumayan dari orang yang akan mati itu. Sambil tertawa masam ia berkata kepada temannya: Itu tuan mau mati Beli kafan kain piki Ai naiki harga jadi-jadi Sekarang Ai mati geli.

Walaupun terjadi beberapa alur cerita yang tidak masuk akal saat Aki menggembar-gemborkan bahwa dia akan mati satu tahun lagi, sampai tiba saatnya tanggal 16 Agustus dia meramalkan akan meninggal dengan tiduran di kasurnya dengan menggunakan baju yang paling bagus sambil menunggu malaikatulmaut menjemputnya. Ada sesuatu yang tidak saya duga sebelumnya, ini menurut saya jadi kelebihan cerita ini. Diakhir cerita tokoh Aki akhirnya mau  bekerja, sedangkan pada awalnya ia sangat kurang bersemangat dan malahan akan berhenti bekerja karena dia akan meninggal tanggal 16 Agustus. Kemudian Aki pun menuntut ilmu kembali di sekolah tinggi yang mengambil fakultas hukum, dan ingin sekali mendapatkan titel meester in de rechten.

Amanat yang terkandung dalam cerpen ini diantaranya adalah umur janganlah dijadikan patokan untuk kita bekerja, maksudnya walau kita masi muda, tetaplah berusaha dengan keras untuk mnjalani hidup ini dan walaupun kita sudah tua, tetap semangat dalam bekerja. Sayangilah seseorang tanpa pandang bulu. Bagi orang tua harus bisa mengajar anak dengan baik dan bagi anak janganlah melawan kepada orang tua.

Dan yang paling ingat jangan mendahului takdir Tuhan tentang nasib, umur, jodoh dan kekayaan kita karena semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Seperti dalam cerita ini, bahwa ramalan Aki tentang kematiannya yang akan jatuh pada tanggal 16 Agustus tidak terjadi. Aki yang ditemani di dalam kamar oleh istrinya ternyata tidak meninggal, malah ia tertidur. Dan terbangunkan oleh para teman kantornya yang melihat Aki sedang duduk di atas kasur yang sedang merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar